free counters
Get paid To Promote at any Location

Minggu, 21 Maret 2010

EMOSI

Emosi adalah seitap pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu atau keadaan mental yang meluap-luap dan terasa sangat kuat atau hebat.

Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku
Sebuah pertanyaan yang mendasar yang muncul adalah. Apakah emosi menimbulkan tingkah laku ataukah tingkah laku menimbulkan emosi?
Adapun ciri utama pikiran emosional adalah sebagai berikut:

1. Respon yang Cepat tapi Ceroboh
Dikatakannya bahwa pikiran yang emosional itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan pikiran rasional. Karena sesungguhnya pemikiran yang berdasarkan emosional itu refleks atau lebih cepat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sikap hati-hati dan proses analitis dikesampingkan sehingga tidak jarang melakukan kecerobohan. Namun disisi lain, sikap emosional itu mempunyai kelebihan, yaitu membawa rasa kepastian yang sangat kuat dan diluar jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan pikiran rasional. Misalnya, anda adalah orang yang sangat-sangat takut dengan anjing. Ketika anda melihat anjing didepan anda, anda sanggup untuk berlari kencang tidak seperti biasanya bahkan anda sanggup melompati pagar setinggi 2 meter yang menurut pikiran rasional, itu mustahil dilakukan.

2. Mendahulukan Perasaan kemudian Pikiran

Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dulu muncul adalah dorongan hati atau emosi kemudian dorongan pikiran. Pada umumnya, reaksi emosional muncul ketika kita sedang terdesak atau butuh penyelamatan diri, bersikap siaga, dan dalam keadaan darurat. Namun disisi lain, ada juga reaksi emosional yang bergerak lambat. Dimana lebih dahulu melakukan penggodokan dalam pikiran sebelum mengalirkannya kedalam perasaan. Keputusan model kedua ini sifatnya lebih disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan dikemukakannya. Dalam reaksi jenis ini ada suatu pemahaman yang lebih luas dan pikiran memainkan peranan kunci dalam menentukan emosi yang akan dilakukannya.

3. Memperlakukan Realitas sebagai Realitas Simbolik
Logika pikiran emoisonal yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya, melambangkan unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri. Seringkali kita dapatkan seorang guru yang menjelaskan dengan berusaha menyentuk emosi kita (pendengarnya). Misalnya, seorang guru atau penyiar agama ketika menyampaikan ajaran-ajaran agamanya selalu berbicara dengan bahasa emosi dan mengangkat perumpamaan, ibarat, dan kisah-kisah yang sangat menyentuh perasaan. Itu sebabnya ajaran orang-orang bijak selalu mudah dimengerti, dihayati, dan diterima oleh para pengikutnya.

4. Masa Lampau diposisikan sebagai Masa Sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri, peristiwa, atau kejadian tampak serupa dengan keadaan masa lalu yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan dengan peristiwa yang diingat. Pikiran emosional akan bereaksi terhadap keadaan sekarang, seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Kesulitannya adalah apabila penilaian terhadap masa lalu itu cepat dan otomatis, barangkali kita tidak menyadari bahwa yang dahulu memang begitu, ternyata sekarang sudah tidak lagi seperti itu. Misalnya, pada masa kanak-kanak, seseorang sering mendapatkan pukulan (tindak kekerasan) yang menyakitkan, setelah dewasa akan bereaksi terhadap hardikan, ejekan, pemukulan, kemarahan dan sangat takut atau kebencian. Meskipun sebenarnya hardikan dan ejekan itu tidak lagi menimbulkan ancaman seperti yang dialaminya dulu.

Daniel goleman mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:
1. Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, terganggu, rasa pahit, tindak kekerasan, berang, dan kebencian patologis.
2. Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, perih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, putus asa, dan depresi.
3. Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, gugup, khawatir, waswas, sedih, waspada, tidak enak, ngeri, panik, dan phobia.
4. Kenikmatan, didalamnya meliputi bahagia, gembira, riang, ringan puas, senang, terhibur, bangga, takjub, terpesona, dan mania.
5. Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaiksn hati, rasa dekat, kasmaran, hormat, dan kasih saying.
6. Malu, didalamnya meliputi rasa bersalah, kesal, menyesal, hina, aib, dan hancur lebur.
7. Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
8. Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, mual, dan mau muntah.

Dari sekian deret kelompok emosi diatas, Paul Ekman dari University of California di San Fransisco (Goleman, 1995) ternyata ada bahasa emosi yang dapat dengan mudah dikenali oleh semua orang. Meskipun dunia ini terdiri dari beragam suku dan bangsa. Bahasa emosi tersebut adalah ekspresi. Kesimpulan ini diambil setelah Paul Ekman melakukan penelitian dengan cara mengambil foto-foto wajah yang menggambarkan ekspresi-ekspresi emosi tersebut diatas.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "EMOSI"

Posting Komentar

komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu...

thanks for comment...