free counters
Get paid To Promote at any Location

Rabu, 03 Maret 2010

HAKEKAT ILMU

Dasar Epistemologi Ilmu
Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang didapat melalui sebuah proses yang dinamakan metode keilmuan. Dengan perkataan lain, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Ilmu merupakan sebahagian dari pengetahuan yang memiliki sifat-sifat tertentu. Jadi, terlihat perbedaan antara ilmu dan pengetahuan. Ditinjau dari pengetahuan, ilmu lebih bersifat sebagai sebuah produk yang siap dikonsumsikan. Kata sifat “keilmuan” lebih mencerminkan hakekat ilmu daripada istulah ilmu sebagai kata benda. Kegiatan ilmu itu dinamis atau tidak statis. Ilmu bersifat terbuka, demokratis dan menjunjung kebenaran diatas segala-galanya.

Dasar Epistemologi Ilmu
Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang didapat melalui sebuah proses yang dinamakan metode keilmuan. Dengan perkataan lain, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Ilmu merupakan sebahagian dari pengetahuan yang memiliki sifat-sifat tertentu. Jadi, terlihat perbedaan antara ilmu dan pengetahuan. Ditinjau dari pengetahuan, ilmu lebih bersifat sebagai sebuah produk yang siap dikonsumsikan. Kata sifat “keilmuan” lebih mencerminkan hakekat ilmu daripada istulah ilmu sebagai kata benda. Kegiatan ilmu itu dinamis atau tidak statis. Ilmu bersifat terbuka, demokratis dan menjunjung kebenaran diatas segala-galanya.

Metode Keilmuan
Ditinjau dari segi perkembangannya, seperti juga semua unsur-unsur budaya manusia, ilmu merupakan gabungan dari cara-cara manusia sebelumnya dalam mencari pengetahuan. Pada dasarnya ditinjau dari sejarah berfikir manusia, terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan.
berfikir secara rasional, dimana kita berfikir berdasarkan faham rasionalisme ini, idea tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Pikiran manusia dapat mengetahui idea tersebut, namun tidak menciptakannya dan tidak pula mempelajarinya lewat pengalaman. Dengan kata lain, idea tentang kebenaran yang menjadi dasar bagi pengetahuannya diperoleh lewat berfikir secara rasional dan terlepas dari oengalaman-pengalaman manusia.
Pola piker empirisme. Pola pikir ini adalah lawan atau berlawanan dari pola pikir rasional. Dimana kita dianjurkan untuk kembali kea lam untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut kaum penganut paham (pola pikir) empirisme, pengetahuan itu tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh dari pengalaman.

Dasar Anxiologi ilmu
Apakah kegunaan ilmu bagi kita???
Tidak dapat disangkal lagi kalau ilmu telah banyak mendatangkan kemudahan dan tak bisa dipungkiri bahwa ilmu itu telah mengubah dunia dalam memberantas kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan berbagai wajah atau potret duka dalam hidup. Namun, apakah hal tersebut selalu demikian?Ilmu merupakan pahlawan penyelamat bagi manusia?memang dengan jalan mempelajari atom kita bias memanfaatkan ujud tersebut sebagai sumber energy dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai keselamatan bagi manusia, tetapi disisi lain, hal ini juga bersifat sebagai pembawa bencana bagi manusia yang membawa manusia ke penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka. Usaha memerangi kuman yang membunuh manusia sekaligus sebagai alat untuk menghancurkan manusia. Einsten mengeluh didepan mahaiswa, “dalam peperangan ilmu menyebabkan kita saling meracuni dan saling menjagal. Dalam perdamaian ilmu membuat kita dikejar waktu dan penuh sesuatu yang tak tentu…mengapa ilmu yang hebat dan indah ini, yang menghemat kerja dan membuat ilmu lebih mudah hanya membawa kebahagiaan yang sedikit sekali kepada kita?”
Kalau kita mengkaji pertanyaan dari Einstein dalam-dalam maka masalahnya terletak pada hakekat ilmu itu sendiri. Seperti dicanangkan oleh Francis Bacon berabad-abad silam: pengetahuan adalah kekuasaan. Apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau malapetaka bagi umat manusia, semua itu terletak pada orang yang menggunakan kekuasaan tersebut. Ilmu itu bersifat netral, tidak mengenal sifat baik atau buruk, dan pemilik ilmu itulah yang harus mempunyai sikap mau dibawa kemanakah ilmunya itu. Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologisnya saja. “jika hitam katakana hitam, jika putih katakana putih” tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaran yang ada. Sedangkan secara ontologism dan axiologis, ilmuwan harus mampu menilai antara mana yang baik dan mana yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan dia untuk menentukan sikap. Kekuasaan yang besar ini mengharuskan seorang ilmuwan untuk mempunyai landasanmoral yang kuat. Tanpa suatu landasan moral yang kuat seorang ilmuwan akan terlihat seperti seorang Frankenstein yang menciptakan momok kemanusiaan yang merupaakn kutukan. Semoga ini bias disadari. Bahwa tak cukup dengan mendidik seseorang menjadi ilmuwan yang mempunyai pengetahuan tinggi dan berotak besar tetapi merekapun harus berjiwa besar.

ILMU TANPA AGAMA SAMADENGAN BUTA DAN AGAMA TANPA ILMU SAMADENGAN LUMPUH. (EINSTEIN)

BUKAN MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG TIMBUL DALAM KEHIDUPAN MELAINKAN MEMPERSOALKAN JAWABAN-JAWABAN YANG DIBERIKAN. (SOCRATES)

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "HAKEKAT ILMU"

Posting Komentar

komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu...

thanks for comment...